Renungan Harian Air Hidup, edisi 15 Oktober 2012 -
Baca: Mazmur 86:1-17
"Tunjukkanlah kepadaku jalan-Mu, ya Tuhan, supaya aku hidup menurut kebenaran-Mu; bulatkanlah hatiku untuk takut akan nama-Mu." Mazmur 86:11
Kehidupan orang Kristen sungguh-sungguh tidak bisa dipisahkan dari
ketaatan, sebab kita harus hidup dalam kehendak Tuhan, bukan kehendak
diri sendiri. Jadi harus ada penyangkalan diri! Seringkali kita taat
asal itu menyenangkan hati dan menguntungkan kita. Bila harus berkorban
dan itu sakit bagi daging, kita akan memberontak dan menolak untuk
taat. Tuhan menghendaki kita untuk taat di dalam segala perkara, dan
selalu ada upah bagi orang-orang yang taat. Karena itu sebagai orang
percaya hendaknya kita belajar taat kepada Tuhan: memahami kehendakNya
dan melaksanakan firmanNya dengan sungguh-sungguh.
Percayalah! Ketika kita hidup dalam ketaatan kita akan memperoleh
berkat dan mengalami mujizat dari Tuhan. Ketika Raja Nebukadnezar
memerintahkan seluruh rakyatnya untuk menyembah kepada patung, Sadrakh,
Mesakh dan Abenego menolaknya dan tetap memilih untuk menyembah kepada
Tuhan yang hidup, apa pun resikonya. Raja pun menjadi sangat marah,
lalu ia memerintahkan tentaranya untuk mencampakkan ke-3 pemuda tersebut
ke dalam perapian yang menyala-nyala (dibuat tujuh kali lebih panas
dari biasanya). Matikah mereka? Alkitab menyatakan bahwa mereka tetap
hidup meski berada dalam perapian karena Tuhan menjadi pembelanya.
Mereka mengalami pertolongan Tuhan yang dahsyat dan luar biasa (baca Daniel 3:16-27).
Ketaatan membuka kesempatan bagi kita untuk mengalami dan merasakan
campur tangan Tuhan. Jangan taat hanya karena kita sedang dalam
masalah dan pergumulan yang berat, lalu ketika keadaan membaik kita
sudah tidak lagi taat kepada Tuhan; atau kita taat karena kita sungkan
kepada hamba Tuhan dan supaya dilihat dan dipuji oleh orang. Sia-sialah
ketaatan yang demikian! Biarlah ketaatan kita kepada Tuhan didasari
oleh karena kita takut akan Dia dan sangat mengasihi Dia. Ingat,
kedatangan Tuhan sudah semakin dekat! Dia datang untuk menjemput
anak-anakNya yang hidup dalam ketaatan sampai akhir.
Jika kita tidak taat, kita akan menjadi orang-orang yang tertinggal.
Renungan Harian Air Hidup, edisi 14 Oktober 2012 -
Baca: Yehezkiel 11:14-25
"Aku akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam
batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang keras
dan memberikan mereka hati yang taat," Yehezkiel 11:19
Sudah berapa lama Saudara menjadi Kristen? Sejauh ini, sudahkah kita
menjadi seorang Kristen yang taat? Ini menjadi bahan evaluasi bagi diri
kita sendiri, tidak perlu menunjuk atau menghakimi orang lain. "Baiklah tiap-tiap orang menguji pekerjaannya sendiri; maka ia boleh
bermegah melihat keadaannya sendiri dan bukan melihat keadaan orang
lain." (Galatia 6:4-5). Tak henti kita kembali diingatkan betapa pentingnya ketaatan bagi orang percaya. Kata taat dalam bahasa Ibraninya adalah 'shama',
yang berarti mendengar dengan cermat, memusatkan perhatian dan
memahami. Mendengar adalah awal sebuah ketaatan. Dengan mendengar
akhirnya kita mengerti dan memahami apa yang harus kita perbuat. Dalam
Roma 10:17 dikatakan, "Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus."
Adalah percuma menjadi kristen bila kita tidak hidup dalam
ketaatan, karena Tuhan tidak menghendaki kita hidup sebagai orang
Kristen yang suam-suam kuku. Kepada jemaat di Laodikia Tuhan menegur
dengan keras, "Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan
tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi
karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan
memuntahkan engkau dari mulut-Ku." (Wahyu 3:15-16). Tuhan menuntut
ketaatan yang penuh dari kita. Jika kita hidup dalam ketaatan Ia akan
memberi arah yang benar dalam perjalanan hidup kita, seperti yang
dikatakan Daud, "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan; di hadapan-Mu ada
sukacita berlimpah-limpah, di tangan kanan-Mu ada nikmat senantiasa." (Mazmur 16:11).
Ketaatan juga merupakan pertanda bahwa kita mengasihi Tuhan dan memiliki hubungan yang karib dengan Dia, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi
Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan
Akupun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya." (Yohanes 14:21).
Bila kita taat kita akan dikasihi oleh Tuhan!
Renungan Harian Air Hidup, edisi 13 Oktober 2012 -
Baca: Kolose 3:5-17
"Sabarlah kamu seorang terhadap yang lain, dan ampunilah seorang akan
yang lain apabila yang seorang menaruh dendam terhadap yang lain, sama
seperti Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian." Kolose 3:13
Di zaman sekarang ini tidak mudah menemukan orang yang sabar. Banyak
orang cenderung cepat-cepat dan sembarangan dalam mengerjakan segala
sesuatu. Atau ketika dalam masalah dan pergumulan, kita sering
mendengar nasihat yang mengatakan, "Yang sabar ya." Lalu kita pun
menimpali: "Kesabaran kan ada batasnya." Sebenarnya, apa itu kesabaran?
Kesabaran adalah ketenangan hati dalam menghadapi cobaan;
kesabaran adalah lawan dari kemarahan yang tidak pada tempatnya,
kemampuan untuk menahan diri dalam menghadapi situasi-situasi sulit;
sifat tenang; tabah; tidak tergesa-gesa atau terburu nafsu. Ketika
orang lain marah, menyakiti atau berbuat jahat kepada kita, tanpa pikir
panjang kita ingin segera mendamprat atau membalasnya. Apa bedanya kita
dengan orang dunia jika demikian? Sebagai orang Kristen kita dituntut
untuk memiliki kesabarn dan saling bersabar satu sama lainnya, sebab
kesabaran adalah bagian dari kasih, dan kekristenan itu identik dengan
kasih. Tertulis: "Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong." (1 Korintus 13:4).
Di samping itu, kesabaran merupakan bagian dari buah-buah Roh yang harus terpancar dalam kehidupan orang percaya (baca Galatia 5:22-23).
Jika kita mengaku diri sebagai orang Kristen/pengikut Kristus tapi kita
tak punya kesabaran, maka kita perlu bertobat! Dengan kesabaran,
seseorang dapat melihat hal-hal yang positif di tengah kesukaran sekali
pun. Bukankah banyak orang Kristen yang tidak sabar menantikan
pertolongan dari Tuhan dan akhirnya mereka pun tidak mengalami
beerkat-berkat Tuhan? Kesabaran adalah kunci untuk sebuah hubungan
kerjasama yang baik. "Si pemarah membangkitkan pertengkaran, tetapi orang yang sabar memadamkan perbantahan."
(Amsal 15:18). Pertengkaran dan permusuhan seringkali terjadi ketika
ada pihak yang tidak sabar alias mudah tersulut emosi. Oleh karena itu
"Jika amarah penguasa menimpa engkau, janganlah meninggalkan tempatmu, karena kesabaran mencegah kesalahan-kesalahan besar." (Pengkotbah 10:4).
Sudahkah kita menjadi orang Kristen yang sabar?
Renungan Harian Air Hidup, edisi 12 Oktober 2012 -
Baca: Amsal 21:1-31
"Kuda diperlengkapi untuk hari peperangan, tetapi kemenangan ada di tangan Tuhan." Amsal 21:31
Siapa itu pemenang? Seorang pemenang bukanlah orang yang tidak pernah
gagal atau orang yang sempurna tanpa cela atau juga orang yang tidak
pernah punya persoalan dalam hidupnya. Seorang pemenang adalah orang
yang pernah gagal tapi mau bangkit dan berusaha sampai ia meraih
kemenangan; orang yang penuh ketekunan dan kesabaran melewati setiap
ujian dan persoalan hidupnya tanpa keluh kesah dan persungutan, hingga
ia memperoleh apa yang dijanjikan Tuhan. Setiap anak Tuhan dirancang
bukan untuk menjadi pecundang atau mengalami kekalahan dalam hidupnya.
Tetapi Alkitab menegaskan bahwa setiap orang percaya diciptakan dan
dirancang Tuhan dengan potensi untuk menjadi pemenang, "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita." (Roma 8:37).
Berbicara soal kemenangan dalam hidup ini menyangkut pula tentang
proses yang harus kita dijalani. Proses yang dimaksud meliputi
perjuangan, kesabaran, ketekunan, peperangan dan sebagainya. Kita bisa
belajar dari perjalanan hidup Yusuf. Ketika ia memperoleh mimpi dari
Tuhan, apakah mimpinya itu langsung menjadi kenyataan? Tidak. Bahkan
Yusuf harus mengalami proses yang begitu panjang dan berat, yang
sepertinya sangat bertolak belakang dengan mimpinya itu. Namun ia tetap
tekun, sabar dan senantiasa mengarahkan pandangannya hanya kepada
Tuhan. Kegagalan-kegagalan di masa lalu tidak menjadi ukuran bahwa
seseorang akan gagal seterusnya.
Karena itu milikilah sikap hati yang benar sehingga di segala
keadaan kita tetap bisa mengucap syukur dan senantiasa berpikiran
positif. Jangan pernah menyalahkan orang lain, tapi belajarlah untuk
selalu mengoreksi diri! Tetaplah bertekun di dalam Tuhan karena
kemenangan orang percaya ada di dalam Dia sepenuhnya. Katakan dalam
hati Saudara masing-masing, "Tuhan adalah terangku dan
keselamatanku, kepada siapakah aku harus takut? Tuhan adalah benteng
hidupku, terhadap siapakah aku harus gemetar?" (Mazmur 27:1).
"sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai kamu untuk
berperang bagimu melawan musuhmu, dengan maksud memberikan kemenangan
kepadamu." Ulangan 20:4
Renungan Harian Air Hidup, edisi 10 Oktober 2012 -
Baca: Amsal 16:1-33
"Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." Amsal 16:2
Hati adalah bagian paling dalam dari diri seseorang. Melalui 'hati'
inilah dapat dinilai keberadaan seseorang sesungguhnya karena hati tidak
bisa berbohong. Kita bisa saja bersandiwara dan mengelabui orang lain
dengan sikap dan tindakan kita, tapi hal ini tidak bisa dilakukan oleh
hati. Ada tertulis: "Seperti air mencerminkan wajah, demikianlah hati manusia mencerminkan manusia itu."
(Amsal 27:19). Memang, orang lain tidak bisa mengetahui isi hati kita,
tapi Tuhan sangat mengerti secara detail apa yang terdapat dalam isi
hati kita tanpa terkecuali, karena Dia adalah Pribadi yang Mahatahu.
Itulah sebabnya Tuhan menilai hati kita terlebih dahulu sebelum Dia
melihat perbuatan atau tindakan kita.
Seberapa aktif seseorang dalam pelayanan, seberapa melimpahnya
kekayaan seseorang, seberapa tinggi jabatannya dan seberapa terkenalnya
seseorang di mata manusia, seberapa gagah dan cantiknya seseorang sama
sekali tidak akan mempengaruhi penilaian Tuhan, karena Dia melihat
hati. Pemazmur berkata, "Masakan Allah tidak akan menyelidikinya? Karena Ia mengetahui rahasia hati." (Mazmur 44:22). Oleh karena itu firmanNya dengan tegas menasihati, "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23).
Begitu pula dalam hal memberi, hati juga memegang peranan yang
sangat penting. Tuhan tidak melihat berapa besar jumlah persembahan
kita atau berapa banyak yang bisa kita berikan kepada orang lain, namun
Dia melihat jauh ke dalam hati kita terlebih dahulu untuk mengetahui
motivasi kita dalam memberi. Itu sebabnya kita tidak bisa menipu dan
mengelabui Tuhan. Milikilah motivasi hati yang benar saat kita memberi,
baik itu untuk pekerjaan Tuhan maupun juga kepada saudara kita yang
membutuhkan pertolongan. Jangan pernah terbersit sedikit pun di hati
bahwa kita ini paling berjasa, misalnya dalam hal pembangunan gereja
karena sumbangan kita paling besar jumlahnya, atau kita mencari pujian
dan sanjungan dari orang lain. Pemberian atau persembahan yang
diberikan dengan tulus, sukarela dan sukacita itulah yang menyukakan
hati Tuhan.
Tuhan tidak pernah menutup mata terhadap apa yang telah kita
persembahkan untuk Dia dan sesama, berkatNya pasti dicurahkan atas kita!
Renungan Harian Air Hidup, edisi 11 Oktober 2012 -
Baca: Mazmur 67:1-8
"Kiranya Allah mengasihani kita dan memberkati kita, kiranya Ia menyinari kita dengan wajah-Nya." Mazmur 67:2
Hidup yang diberkati adalah janji Tuhan bagi orang percaya dan berkat itu adalah pasti, sebab janji Tuhan adalah ya dan amin.
Meski demikian bukan berarti perjalanan hidup kita akan mulus tanpa
kerikil tajam. Dalam hal ini pemazmur hendak menyatakan bahwa meski di
tengah masalah, ujian dan tantangan yang berat sekali pun, tangan kasih
Tuhan tak pernah lelah untuk menopang kita dan penyertaanNya tidak
pernah berubah. Dikatakan, "Tuhan menetapkan langkah-langkah orang
yang hidupnya berkenan kepada-Nya; apabila ia jatuh, tidaklah sampai
tergeletak, sebab TUHAN menopang tangannya. Dahulu aku muda, sekarang
telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat
orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti;"
(Mazmur 37:23-24). Ini adalah bukti bahwa Tuhan tidak akan pernah
meninggalkan orang-orang yang senantiasa berharap kepadaNya, bahkan
sampai kepada anak cucunya (keturunannya).
Sepatutnya kita bersyukur memiliki Tuhan yang hidup yang senantiasa
memperhatikan dan mengasihi kita, bahkan menyinari kita dengan
wajahNya. Oleh karena itu kita tidak perlu takut menghadapi apa pun
juga asal kita tetap hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Hidup dalam
kehendak Tuhan berarti tidak mengandalkan kekuatan sendiri, tapi
berjalan menurut pimpinan Tuhan. "Percayalah kepada TUHAN dengan
segenap hatimu, dan janganlah bersandar kepada pengertianmu sendiri.
Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.
Janganlah engkau menganggap dirimu sendiri bijak, takutlah akan TUHAN
dan jauhilah kejahatan;" (Amsal 3:5-7). Hidup dalam kehendak Tuhan
juga berarti harus menundukkan diri kepadaNya. Alkitab menyatakan jika
kita punya penundukan diri, Tuhan akan mengangkat kita dan memberkati
kita.
Ingat, berkat Tuhan itu tidak terpengaruh sikon (situasi/kondisi);
bukan ketika kondisi lagi baik lalu Tuhan memberkati kita, sedangkan
ketika situasi sedang buruk Dia tidak memberkati kita.
Di segala keadaan Tuhan sanggup memberkati dan mencukupkan segala
yang kita perlukan; berkatNya selalu tersedia bagi kita kapan pun!
Mari imani itu.
Renungan Harian Air Hidup, edisi 9 Oktober 2012 -
Baca: Amsal 28:1-28
"Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki." Amsal 28:27
Selain memberi kepada Tuhan, Ia juga memerintahkan kita untuk memberi kepada sesama kita, "Janganlah
kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita
akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah. Karena itu, selama masih
ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat
baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita
seiman." (Galatia 6:9-10). Pelaksanaan dari berbuat baik adalah
dengan membantu sesama kita, terutama saudara seiman yang hidup dalam
kekurangan dengan menggunakan uang atau harta kita.
Apa tujuan kita diperintahkan untuk memberikan persembahan kepada saudara kita yang berada dalam kekurangan? "Sebab
kamu dibebani bukanlah supaya orang-orang lain mendapat keringanan,
tetapi supaya ada keseimbangan. Maka hendaklah sekarang ini kelebihan
kamu mencukupkan kekurangan
mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu,
supaya ada keseimbangan." (2 Korintus 8:13-14). Setiap orang pasti
punya kelemahan dan juga kekuatan masing-masing dan Tuhan menciptakan
kondisi seperti ini supaya umat Tuhan saling membutuhkan, melengkapi,
mengasihi, memperhatikan, bekerja sama dan tolong-menolong satu sama
lain. Bila seseorang merasa bisa hidup sendiri, ia akan merasa bahwa
dirinya tidak butuh orang lain atau sesamanya. Hal ini akan membuat ia
menjadi egois dan pelit. Jadi tujuan Tuhan memberkati kita bukan untuk
kita nikmati sendiri, tapi Dia menghendaki agar kita menjadi saluran
berkat bagi orang lain. Kita yang punya berkat lebih diharuskan
membagikannya kepada sesama kita yang butuh pertolongan. Demikian pula
sebaliknya, orang lain juga akan mencukupkan apa yang menjadi kekurangan
kita. Inilah yang disebut dengan keseimbangan.
Seringkali memberi adalah perkara yang sulit dilakukan oleh banyak
orang Kristen. Kita mau menabur tapi masih melihat situasi dan kondisi,
masih pikir-pikir. Sampai kapan? Kalau seperti itu, kita tidak akan
pernah menabur dan tidak akan pernah menuai! Hari ini Tuhan ingatkan:
apa yang ada di tanganmu harus ditabur!
Jangan menunggu-nunggu waktu untuk memberi!